Badai-Badai Puber - Motinggo Busye
Badai-Badai Puber - Motinggo Busye |
Ada suatu yang berat yang memusingkan kepalaku sejak bulan Januari. Tetap tidak sanggup kukatakan pada seseorang pun. Bahkan tidak mampu kukatakan kepada sahabat- sahabatku yang terdekat. Apalagi kepada kedua orang tuaku. Namun sebab ialah soal ini kupendam terus, saya serasa terkurung dalam suatu kebencian dengan belakang layar. Tetapi bagaimana! Aku pun harus merahasiakannya. Dan sebagai simpulan merahasiakan soal inilah makanya tidak mengherankan banyak sobat-temanku memberikan saya semakin kurus. Ini memang benar.
Aku memang semakin kurus dan itu tampak bila orang memandangku dan samping. Dan alangkah mengerikan lagi, kalau dihari-hari yang akan tiba ini saya menjadi semakin kurus lagi.. Memang, hampir saja saya membuka diam-diam ini kepada Reni. Tetapi, ketika kusebut nama Toni dan Reni tidak melakukan reaksi apa-apa saya beranggapan Reni tidak mengetahui persoalannya.
Hari Sabtu siang itu, pada jam istirahat, kulihat mereka berdua bangun berhadapan dengan perilaku yang menjengkelkan sekali: Toni bertopang pada tiang sekolah kami di depan aula olahraga, dan Emmy bertolak pinggang menghadap pada Toni dengan sombong. Emmy makan kacang sambil sekali-kali tertawa menyeringai, ketawa yang sangat kubenci akibat-simpulan ini, dan ingin saja saya meludahi mukanya itu.