Marga T – Tessa

Marga T – Tesa

masing blok bertingkat lima dan setiap tingkat memiliki tiga puluh delapan kamar Marga T  Marga T – Tessa



Asrama mahasiswa itu sangat luas, ter-diri lebih dari tiga puluh blok. Masing-masing blok bertingkat lima dan setiap tingkat memiliki tiga puluh delapan kamar. Tidak mengherankan bila banyak di antara penghuni yang tidak saling ken a I, apalagi orang-orang Ba-rat memang tidak beg itu usil terhadap urusan orang lain.

Tesa sudah hampir setahun di Perth, namun kenalannya boleh dibilang cuma terbatas pada kawan-kawan setingkat yang kerap dijumpainya di da pur. Atina dan Sabita merupakan mitra eratnya, sama-sama dari Jakarta. Pika, toman Sabita, Juga menempati tingkat yang sama, tapi ia sudah hampir tiga tahun di situ, Makara sudah lebih biasa dengan kehidupan asingnya.

Tesa kerap kali merasa rindu pada rumah, terlebih jika ia teringat apa yang menyebab-kan ia pergi merantau sejauh itu. Memang/ terhadap orangtuanya ia berdalih tidak lulus Sipenmaru, ya sobaiknya berguru saja ke luar

negeri, toh biayanya tak bed a banyak dengan sekolah tinggi tinggi swasta.

Namun sekarang ia agak menyesal dan kerepot-an sendiri memikirkan biaya. Kidman dari ru-mah terlalu pas-pasan, jika tak mau dibilang kurang. Dia tak berani menuntut lebih banyak, alasannya tahu keadaan orangtuanya yang terus ja-tuh semenjak merosotnya harga minyak dan deva-luasi rupiah yang berturutan sedari tahun tujuh puluh delapan. Sebelum mengizinkannya pergi, ibunya sudah bertanya belasan kali apakah ia akan mampu hidup dengan ongkos sebegitu, dan ia sudah menyanggupi. Pokoknya waktu itu ia sudah bertekad: lebih baik mati kelapar-an di Iuar negeri daripada hidup kenyang di depan hi dung seorang pengkhianat! Dan nama yang punya hidung itu yaitu Goffar! Hidung-nya mancung, wajahnya ganteng, namun hati-nya culas.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel