Lengkap Ebook Gratis 10 Kumpulan Puisi Wiji Thukul Terbaik

karya puisi dari seorang sastrawan dan aktifis hak asasi insan di indonesia Wiji Thukul Le Lengkap Ebook Gratis 10 Kumpulan Puisi Wiji Thukul Terbaik


Lengkap! 10+ Kumpulan Puisi Wiji Thukul Terbaik


Pada kesempatan dipostingan kali ini, saya akan menyebarkan sebuah karya-karya puisi dari seorang sastrawan dan aktifis hak asasi insan di indonesia Wiji Thukul. Sekaligus salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan pada zaman Orde Baru.

Salah satu puisi yang berjudul "peringatan" mungkin menjadi puisi yang terkenal hingga sekarang. Isi puisi yang sangat bernyali dan berani, "Hanya ada satu kata: Lawan!".

Sebelum saya hingga pada isi artikel menyebarkan kumpulan puisi Wiji Thukul, lebih baiknya kita mengenal lebih jauh sosok Tokoh Wiji Thukul.

Profil Widji Thukul


Widji Thukul, yang berjulukan orisinil Widji Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus1963 – meninggal di kawasan dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) yaitu sastrawan dan pencetus hak asasi insan berkebangsaan Indonesia. Tukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru.

Sebagai aktivis, sepak terjangnya menyuarakan kemiskinan, perampasan tanah, kesejahteraan buruh, dan demokrasi memang dianggap sebagai ancaman serius bagi rezim Orde Baru.

Keberadaan dan sepak terjangnya menjadi menjadi musuh tersendiri pada jaman Orde gres tersebut. Sampai harus berlari dan sembunyi dari satu kawasan ke tempar lain, hingga pada alhasil Sejak 1998 hingga kini ia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang.
(WikiPedia: Widji Thukul)

Nah, itu profil singkat mengenai sosok Wiji Thulu, Lalu bagaimana sebagai penyair? Sajaknya sama berbahayanya dengan aktivismenya. Penuh nyali, berapi, dan nyata. Tak sedikit penyair yang menulis wacana usaha sosial dan politik, namun Wiji Thukul mengalami semua itu secara langsung. Ia yaitu tokoh dalam puisinya.

Berikut yaitu kumpulan sajak puisi Wiji Thukul terpopuler dan tak lakang oleh waktu.

10+ Kumpulan Sajak Puisi Karya Wiji Thukul


#1. Catatan

Lagi
kamu tangkap aku
kucatat

Lagi
kamu puntir tanganku
kucatat

Lagi
kamu rotan tempurung kepalaku
kucatat

Lakukan
hingga saya berludah darah
biar terkumpul bukti

Lakukan
di depan orang ramai
tunjukkan kepada mereka
pistol dan pentungan kalian
biar mereka lihat sendiri

Lagi
kamu aniaya aku
kucatat

Tubuhku yaitu bukti
ketika kamu pukul berkali-kali

Orang ramai melihat sendiri
kucatat
saya terus mencatat

6 Mei 1995 - kampung kalangan solo
______

#2. Hari Itu Aku Akan Bersiul-siul

Pada hari coblosan nanti
saya akan masuk ke dapur
akan kujumlah gelas dan sendokku
apakah jumlahnya bertambah
sesudah pemilu bubar?

Pemilu oo.. pilu pilu

Bila hari coblosan tiba nanti
saya tak akan pergi kemana-mana
saya ingin di rumah saja
mengisi jambangan
atau mananak nasi

Pemilu oo.. pilu pilu

Nanti akan kuceritakan kepadamu
apakah jadi penuh karung beras
minyak tanah
gula
atau bumbu masak
sesudah suaramu dihitung
dan pesta demokrasi dinyatakan selesai
nanti akan kuceritakan kepadamu

Pemilu oo.. pilu pilu

Bila tiba harinya
hari coblosan
saya tak akan ikut berbondong-bondong
ke kawasan pemungutan suara
saya tidak akan datang
saya tidak akan menyerahkan suaraku
saya tidak akan ikutan masuk
ke dalam kotak bunyi itu

Pemilu oo.. pilu pilu
saya akan bersiul-siul
memproklamasikan kemerdekaanku

Aku akan mandi
dan bernyanyi sekeras-kerasnya
pemilu oo.. pilu pilu

Hari itu saya akan mengibarkan hakku
Tinggi - tinggi
akan kurayakan dengan nasi hangat
sambel bawang dan ikan asin

Pemilu oo.. pilu pilu
sambel bawang dan ikan asin

10 november 96
______


#3. Merontokkan Pidato

bermingu-minggu ratusan jam
saya dipaksa
bersahabat dengan sudut-sudut kamar
lobang-lobang udara
lalat semut dan kecoa

tapi catatlah
mereka gagal memaksaku

saya tak akan mengakui kesalahanku
lantaran berpikir merdeka bukanlah kesalahan
bukan dosa bukan malu bukan cacat
yang harus disembunyikan

kubaca koran
kucari apa yang tidak tertulis
kutonton televisi
kulihat apa yang tidak diperlihatkan

kukibas-kibaskan pidatomu itu
dalam kepalaku hingga rontok
maka jelas benderanglah
:ucapan penguasa selalu dibenarkan
laras senapan!

tapi dengarlah
saya tak akan minta ampun
pada kemerdekaan ini

11 september 96

______

#4. Riwayat

sungai ini merah dulu airnya
oleh genangan darah
kakek nenek kami

sungai ini berbuncah dulu
oleh perlawanan
disambut letusan peluru

bangkai-bangkai mengapung
hanyut dibawa arus ke hilir
bangkai kakek nenek kami

bangkai-bangkai jepang mengambang
dibabat bendo kakek nenek kami

demi hutan tanah air
ibu bumi kami
gagah berani
kakek nenek kami
menyerahkan riwayatnya
pada batang-batang pohon
sebesar seratus dekapan
pada sampan-sampan lincah
dari hulu ke hilir
memburu dada penjajah

bukan siapa-siapa
kakek nenek kamilah
yang merebut tanah air
tanyakan kepada yang bisa membaca
tanyakan kepada yang tak akal-akalan buta
siapa

sekarang
ketika saya berdiri di tepi sungai
yang mahaluas ini
kusaksikan hutan-hutan roboh
dan kayu-kayu gelondong berkapal-kapal itu
akan diangkut kemana
siapa punya

riwayat kita pahit di mulut
getir diucap buram di mata
akankah berhanti riwayat hingga di sini

1997
______

#5. Tujuan Kita Satu Ibu

kutundukkan kepalaku,
bersama rakyatmu yang berkabung
bagimu yang bertahan di hutan
dan terbunuh di gunung
di timur sana
di hati rakyatmu,
tersebut namamu selalu
di hatiku
saya penyair mendirikan tugu
meneruskan pekik salammu
"a luta continua."

kutundukkan kepalaku
kepadamu mitra yang dijebloskan
ke penjara negara
hormatku untuk kalian
sangat dalam
lantaran kalian lolos dan lulus ujian
ujian pertama yang mengguncangkan

kutundukkan kepalaku
kepadamu ibu-bu
aturan yang bisu
telah merampas hak anakmu

tapi bukan hanya anakmu ibu
yang diburu dianiaya difitnah
dan diadili di pengadilan yang tidak adil ini
lantaran itu saya pun anakmu
lantaran saya ditindas
sama menyerupai anakmu

kita tidak sendirian
kita satu jalan
tujuan kita satu ibu:pembebasan!

kutundukkan kepalaku
kepada semua kalian para korban
alasannya yaitu hanya kepadamu kepalaku tunduk

kepada penindas
tak pernah saya membungkuk
saya selalu tegak

4 Juli 1997
_______

#6. Aku Diburu Oleh Pemerintahku Sendiri

Aku diburu pemerintahku sendiri
layaknya saya ini
 penderita penyakit berbahaya

saya kini buron
tapi jadi buron pemerintah yang lalim
bukanlah cacat

pun seandainya saya dijebloskan

ke dalam penjaranya

saya kini terlentang
di belakang kolam truk
yang melaju kencang
berbantal tas
dan punggung tangan

kuhisap dalam-dalam
segarnya udara malam
langit amat jernih

oleh jutaan bintang

sungguh
gres malam ini
begitu merdeka paru-paruku

malam sangat jernih

sejernih pikiranku

walau penguasa hendak mengeruhkan
tapi siapa bisa mengusik
ketenangan bintang-bintang?

--------------------------
)** Puisi tanpa judul. Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998
baca: http://www.beritasatu.com/budaya/91833-puisi-pelarian-wiji-thukul.html
______

#7. Bernafas Panjanglah

bernafas panjanglah
jangan ditelan kalut
bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
bernafas panjanglah
jangan berlarut-larut
bernafas panjanglah
jangan surut

bernafas panjanglah
walau gelap
bernafas panjanglah
walau pengap

bernafas panjanglah kau, bernafas
panjanglah para korban
bernafas panjanglah aku
bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua

bernafas panjanglah
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para pencetus ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili

bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini

mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
kalau mereka menulis dengan sobekan
daging
laras senapan
dan kubangan darah

baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah

bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati

bangun
dan bernafas panjanglah!
.....................
Puisi tanpa judul. Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998
baca:  http://www.beritasatu.com/budaya/91833-puisi-pelarian-wiji-thukul.html

_____

#7. Ketika Datang Malam

ketika tiba malam
saya menjadi gelap
ketika pagi datang
saya menjadi terang

saya rakyatmu
hidup di delapan penjuru

kamu tak bisa menangkapku
lantaran kamu tak mengenalku

kamu tak bisa mendengarkan aku
lantaran kamu terus berbicara
berbicara dan berbicara
dengan ekspresi senapan

pembantaian- pembantaian
dan pembantaian
mayat-mayat bergelimpangan
mayat-mayat disembunyikan

kamu tak bisa menguburkan aku
kamu tak bisa menyembuhkan lukaku
lantaran kamu tak kenal aku
lantaran kamu terus berbicara
berbicara dan berbicara
dengan tembakan dan ancaman
dan penjara

.....................
Puisi tanpa judul. Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998
baca:  http://www.beritasatu.com/budaya/91833-puisi-pelarian-wiji-thukul.html
______

#8. Lirik-lirik Pagi

kubuka atap pagi :
kabut timur putih, biru puncak lawu
biru bayangan pepohonan bukit
kehangatan menjalari pelepah pisang
dan kulit jati, waru di kampung
ke sisi-sisi balik dedauanan, kisi rumah

tinggi hening punck lawu
alam di langit tengadah
obrolan semadi bisu
: siapa memadamkan bintang malam
hingga pucat dilanggar siang
menciptakan kantuk semak perdu

kilatan merah matahari di lengkung embun
rekah jatuh di tanah pagi
musik riuh hati yang sepi
dipukul, dipetik, digesek tangan-tangan
tangan-tangan rentangan kenangan
yang menggores hati dan kucur
yang menggores hati dan hilang
: sahabat-sahabat manusia
huruf-huruf puisi

#9. Puisi Dua Matahari

suatu hari saya bertamu ke rumah paman matahari
tidak disuguhi apa-apa malah ia bercerita
banyak Orang telah menjadi Manusia lantaran pernah
kubakar budinya dan kugosok-gosok hatinya dengan
Hikmahku
“aku juga ingin paman”
paman matahari senyum-senyum dan lantas tinggalkan aku
dengan cemas saya memburunya :
“pergi kemana paman?”
“katanya ingin jadi manusia...”
lenyaplah kemudian paman matahari

semenjak itu saya berguru sendiri hampir putus asa
tapi tidak.

suatu fajar pagi paman matahari muncul kembali
“paman saya menemukan lagi satu matahari!”
“benar nak, itu yaitu dirimu sendiri”
semenjak itu saya hidup dengan dua matahari:
matahari yang muncul di setiap pagi
dan matahari yang ada di dalam diriku sendiri.

#10. PERINGATAN
(Oleh : Wiji Thukul)

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan berguru mendengar

Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran niscaya terancam

Apabila undangan ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dihentikan tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

(Solo,1986)

#11. Tuntutan

rakyat yaitu kami
mulut-mulut yang bersuara
mendukungmu
dalam setiap Pemilu

rakyat yaitu kami
tenaga dari kaki-kaki dan tangan-tangan
yang memikul tandu gambar
partaimu
yang bersorak-sorai oleh lemparan
permen
dan gula-gula kesepakatan perbaikan nasib

rakyat yaitu kami
usus-usus melilit
perut-perut butuh kenyang
yang kalian sebut-sebut
dalam pidato-pidato kampanyemu

rakyat yaitu kami
daun indera pendengaran yang mendengar
mata kepala yang bersaksi
: kini beras mahal.
kini kami tuntut
kalian di mana?

#12. Bunga dan tembok

Seumpama bunga
Kami yaitu bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami yaitu bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami yaitu bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga
Engkau yaitu tembok itu
Tapi di badan tembok itu telah kami sebar biji-biji
Suatu ketika kami akan tumbuh bersama dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun–tirani harus tumbang!

Solo, 1987

#13. APA YANG BERHARGA DARI PUISIKU

Apa yang berharga dari puisiku
Kalau adikku tak berangkat sekolah
lantaran belum membayar SPP
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau becak bapakku tiba-tiba rusak
Jika nasi harus dibeli dengan uang
Jika kami harus makan
Dan kalau yang dimakan tidak ada?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau bapak bertengkar dengan ibu
Ibu menyalahkan bapak
Padahal becak-becak terdesak oleh bis kota
Kalau bis kota lebih murah siapa yang salah?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau ibu dijiret utang?
Kalau tetangga dijiret utang?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau kami terdesak mendirikan rumah
Di tanah-tanah pinggir selokan
Sementara harga tanah semakin mahal
Kami tak bisa membeli
Salah siapa kalau kami tak bisa beli tanah?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau orang sakit mati di rumah
Karena rumah sakit yang mahal?
Apa yang berharga dari puisiku
Yang kutulis makan waktu berbulan-bulan
Apa yang bisa kuberikan dalam kemiskinan
Yang menjiret kami?

Apa yang telah kuberikan
Kalau penonton baca puisi memberi keplokan
Apa yang telah kuberikan
Apa yang telah kuberikan?

Semarang, 6 maret 86

Jika anda ingin membaca buku karya tere liye bisa klik link di bawah ini .

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel