Catatan Juang - Fiersa Besari
Download Ebook Catatan Juang - Fiersa Bersari
Pada masa digital, dimana masyarakat memakai sosial media sebagai media untuk mencurahkan perasaan atau permasalahan hidup masih ada sebagian orang yang mengungkapkannya melalui goresan pena pada sebuah buku harian. Buku harian merupakan salah satu cara yang baik untuk menyimpan dan mencatat masa kemudian serta merencanakan masa depan. Buku harian juga sanggup membantu mengatur suasana hati dan emosi, bahkan sanggup menunjukkan pandangan gres atau motivasi bagi orang lain. Seperti yang dikisahkan dalam buku Catatan Juang.
Kasuarina atau Suar yaitu tokoh utama dalam buku ini, seorang perempuan yang mempunyai keinginan menjadi sineas tetapi terjebak dalam rutinitas sebagai marketing asuransi pada sebuah bank. Impiannya terkubur dikarenakan sang ayah jatuh sakit, sehingga Suar mempunyai inisiatif untuk membantu keuangan keluarga, meskipun ayahnya tidak meminta hal tersebut.
Dalam perjalanan pulang, Suar menemukan buku catatan bersampul merah yang terjatuh di angkutan umum. Suar bermaksud mengetahui si empunya buku tersebut, dengan membuka dan membaca tulisan-tulisan di dalamnya. Pada halaman pertama tertulis “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya, Tertanda Juang “ (hal : 7). Suar membaca goresan pena selanjutnya dan terjebak dalam kisah-kisah yang ditulis oleh Juang. Hidup Suar mulai berubah alasannya terinspirasi dari Catatan Juang. Suar mempertimbangkan kembali impiannya menjadi seorang Sineas.
“Jangan lupa bahwa insan mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih. Dan jangan lupa bahwa Tuhan menciptakanmu berjalan di muka bumi ini untuk sesuatu yang baik, maka berbuat oke untuk sesama, melebihi kau berbuat baik untuk dirimu sendiri” (hal : 173)
Sebuah catatan memang mempunyai efek yang berpengaruh sampai bisa mengubah ajaran dan menginspirasi hidup orang lain. Suar tetapkan keluar dari pekerjaannya untuk kembali meraih impiannya menjadi sineas. Bersama kedua sahabatnya Eli dan Fajar membuat film dokumenter wacana pembangunan pabrik Semen di kampungnya yang mengganggu ekosistem. Film dokumenter ini diikutsertakan dalam ekspo film pendek. Namum film yang berjudul Ekonomi Membunuh Ekosistem tidak masuk dalam nominasi, apalagi menjadi pemenang mirip harapan Suar. Hal ini sempat membuat Suar patah semangat, ia merasa tidak kompeten di bidangnya. Namun membaca catatan Juang, Suar kembali menemukan semangatnya. Buku catatan Juang seolah menjadi obat berpengaruh bagi Suar yang selalu mendapat pandangan gres sehabis membaca tulisannya.
“Karena penolakan yaitu salah satu bab dari perjuangan, berusahalah lebih gigih, dan berjuanglah lebih kuat. Jangan jadikan sebuah penolakan alasan untukmu menyerah” (hal: 162)
Setelah gagal dalam perlombaan film pendek, Suar mengunggah filmnya melalui sosial media. Dan respon masyarakat sangat antusias, dalam waktu seminggu film ini telah ditonton ratusan ribu orang. Beragam reaksi bermunculan, banyak yang memuji Suar dan kawan-kawan tetapi tidak sedikit yang mengecam dan membully Suar yang dianggap mendiskreditkan pemerintah. Dunia maya terkadang sanggup bermetamorfosis menjadi kawasan yang sangat kejam. Suar sempat berfikir untuk berhenti menjadi sineas, namun niat tersebut eksklusif surut ketika membaca kembali catatan Juang.
“Pembenci yaitu pengagum yang sedang menyamar. Maka dari itu, ingatlah, bagaimanapun perawakanmu, dari suku manapun kau berasal, agama apapun yang kau yakini, apapun hal yang kau sukai, sebeda apapun dirimu, ketahui saja bahwa kau jauh lebih baik dibandingkan spesies pem-bully” (hal : 203)
Buku Catatan Juang mempunyai cerita yang kaya, bermacam gosip diangkat dalam buku ini. Dari mulai tema lingkungan, sosial, politik, impian, cinta, keluarga sampai fenomena anak muda masa kini. Buku ini menyerupai buku motivasi, namun tidak perlu menggebu-gebu untuk menunjukkan nasihat atau tips dalam rangka menggerakan hati insan untuk berubah lebih baik. Dengan mengangkat kegelisahan yang terjadi dalam segala lapisan masyarakat, dikemas dengan kalimat-kalimat halus dan tidak menggurui, namun sanggup terpatri dalam sanubari pembaca. Namun sebagus apapun kalimat-kalimat motivasi, apabila tidak ada kemauan dalam diri untuk berubah, maka kita akan tetap menjadi insan yang sama tanpa perubahan.
“Kata-kata di buku ini memang indah, seindah goresan pena tangannya yang elok, tapi sebatas itu saja. Keberanian dan keteguhan kau bukan berasal dari buku, tapi dari sini, kata Bapak sambil menunjuk jantung Suar” (hal : 270).